Teknologi Integralistik

on Kamis, 22 Desember 2011

Zaman berubah dengan hitungan waktu, era lama ditutupi oleh era baru, sesuatu yang lama telah diperbarui dan dikembangkan. Seperti itu juga dengan teknologi, teknologi lama di integralkan dengan penemuan-penemuan baru yang super sekali. Nah sekarang, mengapa penulis berkata demikian ?. Karena ada sesuatu yang menjadi penggerak perubahan tersebut, yaitu dia yang bernyawa, dia yang berpikir, dia yang merasa dan dia yang menjadi pengerak masa kini. Dia itu adalah kita sebagai manusia.
Revolusi teknologi seperti tiada batas. Dari zaman Thomas alva Edison dengan lampu pijar dan beribu penemuannya sampai dengan berbagai produk apple yang menjadi tren dunia saat ini. Thomas alva Edison boleh meninggalkan kita untuk selamanya. Steve jobs yang mendirikan apple pun telah meninggalkan kita baru saja. Bill gates sudah mulai ubanan, dan BJ Habibie pun sudah termakan usia. Pertanyaannya sekarang siapa yang akan menggantikan? .
Steve jobs dalam pidatonya yang paling terkenal di saat acara wisuda di Stanford University mengatakan bahwa, “kita sudah telanjang didepan kematian”  . Maksudnya adalah kita tidak ada apa-apanya didepan kematian, kematian itu sabgat mudah mengahampiri kita, dan kita hanya menunggu waktu. Mereka yang telah berjasa itu telah tiada dan bahasa kasarnya mati. Nah, apakah kita sebagai makhluk yang hidup ini bias disebut mati? . Jawabanya bias, karena seseorang akan dianggap mati saat kita tidak punya inovasi gila, tidak punya kreatifitas mumpuni, dan tidak memanfaatkan pemikiran kita serta hati kita.
Seperti tema yang diangkat yaitu aku dan ITS, apakah hubungan cerita diatas dengan tema tersebut. Korelasi nya sangatlah mudah. ITS akronim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember, menurut penulis adalah insstitut yang berlandaskan teknologi yang canggih yang mengedepankan aspek tertib berteknologi, hampir semua fakultasnya memakai nama teknologi. Dari fakultas teknologi industry, fakultas teknologi informasi, fakultas teknologi kelautan.
Penulis merasa bangga telah memasuki kawasan pendidikan yang berlandaskan teknologi ini. Penulis merasakan getaran hebat dalam hati penulis ketika didengungkan bahwa ITS adalah kampus perjuangan karena berada dikota yang merupakan symbol perjuangan masyarakat Indonesia. Dimana disini terjadi berbagai pergolakan yang hebat, berbagai kenangan perjuangan yang tidak bias dipisahkan dari kemerdekaan Negara tercinta Republik Indonesia.
Kembali ke cerita bapak-bapak teknologi tadi, di ITS memiliki banyak professor yang sangat hebat dibidangnya masing-masing. Para dosen memiliki jiwa-jiwa teknologi yang futuristic sampai teknologi terapan yang sangat banyak manfaatnya. Buktinya mahasiswa ITS  berhasil menjuarai berbagai even seperti shell eco marathon dengan mobil sapu anginnya. Menjuarai rancang bangun jembatan di Bandung yang notabenenya markas besar saudara tua ITS yaitu ITB. Ini membuktikan ITS adalah institut yang berpotensi luar biasa. Dan Para profesor tersebut telah terbukti berhasil mengembleng para mahasiswanya.
Sekarang berpulang kepada para mahasiswanya, keseriusan lah yang akan menjadi tolok ukur untuk berhasil kedepannya. Mahasiswa lah yang akan menentukan jalannya sendiri. Apakah ia akan memilih berhasil seperti Thomas alva edison, Steve jobs, Bill gates, BJ Habibie, dan masih banyak lagi para inovator hebat di pelosok negeri ini. Atau mahasiswa akan memilih jalannya sebagai seorang pecundang zaman yang terkapar dimakan waktu, dilempar kedalam api kesengsaraan dunia, dan tercabik di sobek ketertinggalan.
Seharusnya para mahasiswa tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan mengeyam pendidikannya di kampus perjuangan ini. Masuknya saja susah, perlu banyak pengorbanan, seperti waktu, uang, tenaga, serta yang paling pasti pikiran. Apakah mahasiswa harus menyia-nyiakan waktunya disini dengan kuliah 7 tahun?. Semoga tidak ada yang seperti itu. Sia-sia tidak artinya. Sia-sia sama saja dengan menenggelamkan peluang. Ingat para mereka yang berhasil hampir tidak pernah berbuat sia-sia dan pastinya juga tidak pernah putus asa.
Disini para mahasiswa harus bertindak seperti pahlawan yang notabenenya berjuang sekuat tenaga demi mencapai keberhasilan. Berjuang demi cita-citanya. Tidak bermalas-malasan yang tidak ada artinya. Ingat bangsa kita yang telah terpuruk memerlukan generasi yang penuh rasa semangat untuk membentuk negara yang memiliki nilai kebenaran dan integritas. Dengan berlandaskan teknologilah arek ITS merubah negeri ini. Dengan semangat teknologi juga arek ITS mengubah persepsi salah semua orang terhadap pemerintahan. Yang katanya pemerintah adalah kekuasaaan bukan memimpis sebagaimana mestinya. Namun mengubah diri sendiri lah terlebih dahulu untuk bisa mengubah sesuatu yang diluar diri kita.
VIVAT ITS
HIDUP ITS
HIDUP ITS
HIDUP ITS

0 komentar:

Posting Komentar