Berkorban Tanda Sayang

on Kamis, 22 Desember 2011
Kata-kata bekorban sudah sangat lumrah kita dengarkan. Mulai dari segala lapisan masyarakat menggunakan kata ini. Pujangga pun tidak luput menggunakan kata yang dalam sekali maknanya ini. Dibawah ini adalah sebuah cerita kisah nyata tentang pengorbanan seorang ibu kepada anaknya ketika tsunami di Jepang. Postingan kali ini adalah dalam rangka memperingati hari ibu.
Pengorbanan Seorang Ibu Ketika Gempa Jepang 


Ini adalah kisah nyata pengorbanan seorang ibu saat Gempa Bumi di Jepang. Setelah gempa bumi reda, ketika penyelamat tiba di runtuhan rumah seorang wanita muda, mereka melihat mayat beliau melalui celah runtuhan dan timbunan tanah. Tetapi entah bagaimana posisi dia kelihatan agak aneh seperti melutut pada seseorang dan menyembah ke depan, dan dua tangannya mengendong sesuatu benda. Rumah runtuh itu telah menghantam punggung dan kepalanya.

Dengan usaha yang sulit, kepala pasukan penyelamat memasukan tangannya melalui celahan kecil di dinding untuk mencapai badan wanita tersebut. Dia berharap bahwa wanita ini mungkin masih hidup. Walau bagaimanapun, badannya yang dingin dan kaku membuktikan bahwa wanita itu telah meninggal dunia.

Dia dan seluruh pasukan meninggalkan rumah itu dan mencari korban pada bangunan runtuh yang lainnya. Tanpa alasan yang kuat, kepala pasukan ini didorong oleh satu kuasa yang kuat menariknya untuk kembali ke rumah wanita yang runtuh tersebut. Sekali lagi, dia melutut dan melalui celahan runtuhan yang sempit untuk melihat keadaan mayat itu. Tiba-tiba, dia menjerit kegirangan, "Seorang anak! Ada anak! "

Seluruh pasukan bekerja bersama-sama dengan berhati-hati mereka memindahkan objek runtuhan yang menghempas wanita itu hingga mati. Terdapat seorang anak lelaki berusia 3 bulan yang dibalut dengan selimut berbunga di bawah mayat ibunya. Jelas sekali, wanita itu telah berkorban hingga ke akhir hayatnya untuk menyelamatkan anaknya. Ketika rumahnya runtuh, dia menggunakan tubuhnya untuk melindungi anaknya. Anak lelaki itu masih tidur dengan nyenyak sewaktu kepala pasukan penyelamat itu menemuinya.

Dokter bergegas datang untuk memeriksa anak kecil tersebut. Selepas beliau membuka selimut, terdapat telefon genggam di dalam selimut tersebut. Tertera teks pesan pada layar telefon genggam itu, "Jika kamu hidup, kamu harus ingat bahawa ibu sayang kamu." pesan ini telah diteruskan dari satu tangan ke tangan yang lain. Setiap individu yang membaca pesan pasti menangis. "Jika kamu hidup, kamu harus ingat bahwa ibu sayang kamu." Begitulah kasih sayang seorang ibu pada anaknya.
***
Dari cerita diatas, sangat banyak yang dapat kita ambil pelajarannya. Dan bagi pembaca sekalian semoga bisa mengambil hikmah yang dalam. Terima kasih


0 komentar:

Posting Komentar