Bismillah
Hallo apa kabar?
Niatnya sih udah lama pengen ngeblog, nyeritain semua tentang kehidupan ane
disini dengan alasan biar pas tua nanti bisa baca – baca lagi. Intinya mau
meretas dan meninggalkan jejak. Namun apalah daya, selama ini pasti tidak
kesampaian. Banyak alasan yang membuat postingan demi postingan tertunda dan
menapaki kata basi. Namun biarlah semua berlalu, mulai postingan baru tingalkan
postingan basi. Di bulan nan suci mari berbagi :D:D.
Okay, langsung saja,
ane akan bercerita tentang perjalanan liburan semester 2 ini. ya semester ini
terasa sungguh berat. Sampai pernah gag tidur dua hari non stop karena garap
final project yang sungguh melelahkan. Dan hari pembalasan pun datang, kita
liburan coy, liburaaaaan. Haha.
Ditemani suara deryck
whibley ane mulai ceritanya.
Edisi postingan kali
ini adalah liburan ke gunung bromo, gunung aktif yang terkenal di daerah
probolinggo jawa Timur. Konon katanya dari sebuah website mengatakan bahwa
sunrise di bromo termasuk lima sunrise terbaik di dunia. Ketika ane lihat tuh
foto di websitenya, jelas sekali kalo sunrisenya bagus (ane lupa websitenya ,
kalo gag salah dari okezone), dan terlihat dari gunung penanjakan dua. Karena
kalo di bromo emang ada tiga spot bagus untuk mantengin sunrise. Pertama dari
Gunung penanjakan satu yang berjarak kira – kira 35 kilo dari pos. Trus Gunung
penanjakan dua yang jaraknya sekitar 7 kilometer dari pos parkir. Dan puncak
sendiri yang jaraknya sekitar 4 km.
Indah Bukan??? |
siluet menyeka Bromo :) |
Tapi tunggu dulu, kami
gag langsung moro2 ke bromo, take photo, trus balik, karena sebelumnya yang
namanya liburanmusti banyak cerita yang melengkapinya.
Pertualangan bermula
di pagi itu, dari persiapan yang telah dimatengin, kami bakalan berangkat jam 6
dari Asrama ITS menuju terminal Bratang Senin tanggal 2 July. Namun karena
sesuatu dan lain hal ane sama teman ane satu kontrakan belum bisa brangkat jam
segitu. Yaps, ane ketiduran, hahaha, dan teman ane satu kontrakan si irfan juga
gag mau maksa ane untuk bangun, padahal dianya udah bangun, jadilah kami molor
sampai setengah 7. Ini bukan tanpa alasan untuk telat jam segitu soalnya udah
di calling berapa kali oleh Putri Lumajang dan di sms begini. “Haris ayo cepet,
GAG USAH MANDI, udah di tunggu anak2 di asrama”. kalo gag begitu mungkin lebih
lama lagi hahaha, sorry all. Tapi yang kepikir, kok dia nyuruh ane gag mandi
ya? Nevermind lah. Yang jelas ane tetep kelihatan ganteng walau gag mandi. No
protest.
Sekitar jam 7 sampai
di asrama dan sarapan bubur ayam di jalan keputih sama irfan dan 3 teman tadi
yang nunggu di Asrama, si Firman, Oka, dan Anis. Dengan sedikit basa basi
kata-kata keterlambatan sarapan bubur ayam menjadi hangat untuk dilewatiJ.
Selanjutnya kami
ditantang untuk mencari angkot dengan kode S di jalanan keputih, warnanya biru
dongker dan kebanyakan kelihatannya udah gag terlalu bagus :D. 15 menit angkot
S datang, kami berkendara menuju terminal bratang. Setelah itu naik bus kota
menuju terminal bungur yang terletak di pinggir kota. Sedikit cerita unik di
bus kota, kami dibuat ngakak oleh pengamen cilik cewek, kira – kira ni anak
berumur 9-11 tahun (maaf no pic). Walaupun anak-anak tapi yang dinyanyiin parah
amat, gag anak-anak sedikitpun. “Selingkuuuh, dibelakang kuuu,”begitu liriknya
dengan suara yang jauh dari kata bagus. Sampai sekarang masih kebayang tuh
anak, ekspresinya yang datar, melengkapi kengakakan ku. Tidak sampai 30 menit
kami sampai di hiruk pikuknya kehidupan terminal.
Yuni dan Nisa yang
berasal dari kota udang Sidoarjo sudah menunggu, otomatis 7 orang mahasiswa
yang ingin melepas stres siap mengarungi perjalanan selama kurang lebih 4 jam
menuju Lumajang menggunakankotak besar pake roda alias bus.
Di Lumajang telah
menunggu Putri si tuan rumah dan tidak lama dyah dari Jember juga datang.
Sembilan orang pas untuk sedikit mengeksplorasi keindahan desa dekat rumah
Putri. Ya sore itu kami mengagendakan untuk jalan – jalan. Di Lumajang kami disuguhi
beberapa ranu atau danau, danau yuang indah memang, karena selama di Surabaya
gag pernah tuh lihat keindahan alam seperti itu. Nih pics si ranu Satu
Ranu Indah |
Ranu |
Yang ini ranu satunya
lagi, dan yang ini udah dimanfaatin jadi tambak ikan sekaligus demi komoditi
perikanan.
Sore pun tenggelam,
setelah beli jajanan di minimarket setempat, kami beristirahat di rumah si tuan
Putri. Ya kesempatan ini saya abadikan untuk melelapkan diri dan menjauh dari
dunia nyata (aslinya nyambung tidur yang tertunda paginya), karena
keberangkatan mengeksplor gunung Bromo akan dimulai jam 12 malam dengan
berangkat menggunakan mobil Bison (atau bahaso awak e oto tangguang).
sedikit iklan, Tidur Terbaik abad ini :)
Waktu menyiapkan kami,
ya batas janji jam 12 untuk berangkat telah sedikit terlewati. Mengingat dari
Lumajang menuju Bromo menghabiskan waktu kira-kira 2 jam. Jika telat maka
takutnya kami tidak bisa menikmati sunrise terbaik di dunia. Segala persiapan
telah dibawa, para nyonya rupanya telah mempersiapkan santapan untuk dimakan di
Bromo, selain snack dan minuman yang kami bawa, rupanya mbak-mbak ini juga
menyiapkan nasi dan lauk. Good job deh.
Jalan dilewati dengan
nyaman, di Bison mereka pada istirahat dan menemui ajal suri mereka. Dan saya
tetap dengan alunan si Deryk whibley dan kawan2 yang berdengung dan berdentum
sampai berkecamuk di rona dengar. Soalnya lagi kecantol banget sama lagu yang
berjudul what Iam to say, skumfuk, crash, so long good bye, dan with me.
Awesome sum41 so awesome.
Kami pun sampai di pos
parkir Bromo, disini kita akan menemukan bermacam-macam penjual kehangatan.
Mulai dari benda penting bernama sarung tangan sampai ke syal nya. Ini sangat
dibutuhkan, mengingat taraf kedinginan yang diberikan hawa gunung membuat kita
pasti mencari kehangatan. Sarung tangan dan syal adalah pilihan tepat untuk
melengkapi baju dan jaket yang berlapis.
Sempat terjadi
negosiasi dalam konfrensi sederhana pemutusan spot untuk melihat sunrise yang
menjadi pilihan. Seperti yang telah dikatakan diatas, puncak 4 km, gunung
penanjakan dua 7 km, dan gunung penanjakan satu 35 km. jika dilihat dari posisi
matahari terbit maka akan sangat bagus jika kami mengunjungi spot 35 km. tapi
karena kami mahasiswa dan kami adalah manusia hemat (lebih halus dari pada
manusia tidak punya uang) kami memutuskan untuk berjalan ke gunung penanjakan
dua. Soalnya jika ke Gunung penanjakan satu bakalan menghabiskan duid untuk
sewa mobil Jeep. Yap Gunung penanjakan dua kami mendaki.
Bulan bersahabat,
pasir dan kerikil jalanan temaram terlihat. Perjalanan malam itu diterangi
keagungan-Nya dan keanggunan cahaya. 1 km perjalanan ditempuh dengan aman,
nyaman, tenteram, damai, dan segala hal yang tidak mengusik. Namun 1,1 km
perjalanan, wajah para nyonya mulai memperlihatkan keasamannya, asam karena
capek dan mungkin juga asam karena keringat :D:D:D:D. Nisa tertatih-tatih
membawa badannya di belakang, manusia gendut ini capek, walau udah dihalau Oka
dari blakang supaya cepet, tapi dia capek, dia letih, dan dia gendut :D:D:D:D:D
*piss.
Istirahat pertama pun
digelar karena nyonya-nyonya capek, dyah, anis, nisa, dan yuni capek. Tapi
memang maklum sih, soalnya mereka seperti diberi gelombang kejut.
Manusia-manusia ini selama dua semester dihadapi dengan tugas-tugas kuliah yang
banyak sehinggaolahraga yang juga harus dilakukan sangat minim, mungkin perjalanan
ini layaknya sebuah setruman listrik yang ku terima di rumah putri, pendek
cepet dan sumpah membuat terkejut (maaf put, ane emang sangat takut masalah
setrum2an, yang pernah hampir merenggut nyawa ane L). Ya dengan berjalan sejauh itu mereka terasa
terkejut akan capeknya kaki melangkah. Mungkin hanya putri yang tidak merasakan
capek, soalnya dengan riang gembiranya dia bersama mas Firman berlangkah
bersamaan. Semangat mereka seolah-olah melangkah menuju bulan yang menjanjikan
pelaminan :D:D:D:D:D:D *pisss.
Aslinya kami berjalan
tanpa kepastian, saya yang mengajak mereka ke Gunung
penanjakan dua ini sebenarnya juga buta jalan, dalam perjalanan lalu saya
langsung kepuncak, dan menikmati siluet J. Saya tidak tau akan sampai dimana anak-anak ini nantinya. Sempat
kasihan sih sama teman-teman cewek yang kecapekan, melihat dyah yang
ngos-ngosan, anis yang sok calm padahal dia ngaku mau nangis karna kecapekan,
Nisa yang sudah susah payah berjalan, dan Yuni yang melontarkan sebuah kata
bikin tidak semangat, “Kalau gag ada aspal lagi dijalan ini, kita balik” tapi
percayalah yun, jalan terjal kan kuhadapi, gunung tinggi kan ku daki, dalamnya
lumpur lapindo kotamu akan ku selami, karna ku berjanji akan menyuguhkan mu
sunrise terindah di dunia ini #edisi gombal gak jelas :D:D:D.
Sampai akhirnya kami
bertemu ibuk-ibuk yang memakai motor mau keatas juga, sontak si firman langsung
nyetop dan nanya, “Gunung penanjakan dua lewat sini buk?” si ibuk menjawab, iya
dek turutin ae ibuk. Ya awan kelabu dipikiran ku menurunkan hujannya, ya
pikiran segar kembali untuk terus mendaki ke atas. Saya semangat, Firman dan
Putri tampak berseri2, Oka bersiap menghalau si Nisa (lagi), Irfan siap
menggelar lelucon gag jelasnya, dan para nyonya akan menangung perjalanan
berkilo-kilo lagi. hahhaha. Kasihan.
Perjalanan
dilanjutkan, setiap waktu kami langkahi, jalanan yang seperti ulir sekrup ini
membuat semuanya menjadi jauh. Dingin menyebar di pelosok tubuh. Tapi dengan
iming-iming sunrise pengobat lara dua semester ini, kami semuanya semangat.
Semangat
Semangat
Semangat
Gelar nafas semangat,
hamburan sinar ada diatas sana, remang bulan segera berakhir, merah ufuk akan
segera menyimpul, mengumpul, dan nafas semangat terbayar.
Ya, kami sampai, kami
mencapai, dan kami bangga, Gunung Penanjakan dua kami berada di spot terbaiknya. Namun mereka lelah.
Hahaha, nevermind. Kami sujud syukur sekalian shalat subuh. Tapi ada yang
berdendang, memberikan musik klasik, bukan pasir bromo yang terkenal itu, tapi
GIGI bertautan. Sampai
sekarang saya tidak tau kronologis terjadinya gigi yang bermusik ini. ada yang
bisa menjelaskan?
Kami fokus menyaksikan
alam, disatu arah, dimana matahari akan terbit, kami ingin menyaksikan sunrise,
dan sunrise muncul perlahan.
Nih picnya
shalat Shubuh |
sebelum sunrise |
sun rise |
embuun |
Iklan L-man haha |
Ya perjalanan
selanjutnya adalah, Pantai Bentar di daerah Probolinggo juga. Tidak jauh beda
dengan kenjeran Surabaya, dan tidak ada pasir, tidak ada ombak. Berbeda sekali
dengan pantai Padang yang pasirnya banyak, dan ombaknya menggulung-gulung J. Namun hal ini dapat dimaklumi, karena Pantai
Bentar ini adalah pantai yang berhadapan dengan Laut utara Jawa. Berbeda dengan
pantai Padang yang langsung berhadapan dengan
Samudera Hindia.
Bangunan kayu yang rupanya
seperti rumah-rumah disuguhkan disana, memang persis seperti Kenjeran Surabaya.
Lautnya jernih, dan yang paling keren adalah pohon bakaunya. pantai utara jawa
memang terkenal dengan bakaunya yang rame, satu lagi perbedaan dengan pantai
padang yang menyediakan batu-batu besar pemecah ombak, yang memudahkan nelayan
untuk melaut.
Nih pics nya.
Indah bukan?
:)
:)
2 komentar:
keren gan.. nice post (y) walaupun gombalnya dimana mana yang menandakan kangen pacar di sby wkakwakwakak
Sumpah keren begete dehh aa' Aiz yang satu ini XD
pasti bikin pengen yang nggak pernah kesana deh. haha :D
Tapi si Aa' Aiz isinya suka gombal banget disini. =="
Over All. Jempol 10 deh, 2 jmpol tangan, 4 jmpol kaki, sisanya pinjem... :D :D :D
Posting Komentar