Kehidupan Ikan kali Surabaya Terancam Karena Pencemaran

on Senin, 12 Desember 2011

Lingkungan yang rusak parah akhir-akhir ini rupanya juga berdampak kepada ekosistem air. Setidaknya 84% ikan kali di Surabaya mengalami interseksual alias berubah jenis kelamin.  Sampah plastik yang menumpuk diperairan menjadi salah satu dari penyebab terjadinya kasus tersebut. Hal inilah yang menjadi bahan pembicaraan pada kuliah tamu yang diadakan di labor ekologi Jurusan Biologi FMIPA ITS.

Kuliah tamu yang dilakasanakan pada Senin, 12 Desember 2011 ini mendatangkan pembicara Prigi Arisandi yang menjabat sebagai direktur pada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Ecoton. Prigi menjelaskan bahwa air kali di Surabaya sudah sangat tercemar, sehingga ikan-ikannya mengalami  berbagai bentuk kelainan.
Diantara dari kelainan tersebut yaitu kepala ikan yang tidak simetris, ikan yang mengalami gizi buruk, dan yang paling mengejutkan yaitu terjadinya interseksual pada ikan-ikan kali itu. “Semua ini terjadi karena ulah manusia, karena manusia lah yang mencemari sungai”    ungkap Prigi.
Banyak yang menjadi faktor terjadinya peristiwa ini. Selain sampah plastik yang memenuhi sungai, adanya kebiasaan warga tepi kali Surabaya buang air besar ke kali tersebut. Kandungan bahan berbahaya yang terkandung pada kotoran tersebut di konsumsi ikan kali Surabaya. Seperti bakteri e coli dan pil KB yang membuat mutasi gen pada ikan-ikan di kali tersebut. “Pil KB itu akan sangat mempengaruhi sistem hormonal pada ikan” tutur Prigi.
Narasumber lainnya yaitu Wawan Hermawan Some dari Komunitas Nol Sampah berujar “Sampah Plastik yang ada di sungai akan mengalami pengikisan dan akan sangat merusak ekosistem air yang ada di perairan tersebut.” Bahan-bahan pembentuk plastik sangatlah beracun dan jika masuk ke tubuh manusia akan mengalami kanker, begitu pun dengan ikan di kali.
Prigi arisandi mengajak Mahasiswa Jurusan Biologi ITS untuk berperan aktif dalam menangulangi masalah ini. “Mahasiswa bisa melancarkan opini-opini kepada pemerintah untuk menanggulangi masalah ini, seperti menyuarakannya di radio dan televisi atau juga menuliskan data-data konkret dan peneletian untuk di sampaikan dan di bombastiskan” tutup Prigi. (ais)

0 komentar:

Posting Komentar