Bromo di Kalungi Pasir & Pantai yang di Tinggalkan Pasir

on Senin, 06 Agustus 2012
Keindahan itu perspektif  :)

Bismillah
Hallo apa kabar? Niatnya sih udah lama pengen ngeblog, nyeritain semua tentang kehidupan ane disini dengan alasan biar pas tua nanti bisa baca – baca lagi. Intinya mau meretas dan meninggalkan jejak. Namun apalah daya, selama ini pasti tidak kesampaian. Banyak alasan yang membuat postingan demi postingan tertunda dan menapaki kata basi. Namun biarlah semua berlalu, mulai postingan baru tingalkan postingan basi. Di bulan nan suci mari berbagi :D:D.

Okay, langsung saja, ane akan bercerita tentang perjalanan liburan semester 2 ini. ya semester ini terasa sungguh berat. Sampai pernah gag tidur dua hari non stop karena garap final project yang sungguh melelahkan. Dan hari pembalasan pun datang, kita liburan coy, liburaaaaan. Haha.

Ditemani suara deryck whibley ane mulai ceritanya.

Edisi postingan kali ini adalah liburan ke gunung bromo, gunung aktif yang terkenal di daerah probolinggo jawa Timur. Konon katanya dari sebuah website mengatakan bahwa sunrise di bromo termasuk lima sunrise terbaik di dunia. Ketika ane lihat tuh foto di websitenya, jelas sekali kalo sunrisenya bagus (ane lupa websitenya , kalo gag salah dari okezone), dan terlihat dari gunung penanjakan dua. Karena kalo di bromo emang ada tiga spot bagus untuk mantengin sunrise. Pertama dari Gunung penanjakan satu yang berjarak kira – kira 35 kilo dari pos. Trus Gunung penanjakan dua yang jaraknya sekitar 7 kilometer dari pos parkir. Dan puncak sendiri yang jaraknya sekitar 4 km.
Indah Bukan???


siluet menyeka Bromo :)

Tapi tunggu dulu, kami gag langsung moro2 ke bromo, take photo, trus balik, karena sebelumnya yang namanya liburanmusti banyak cerita yang melengkapinya.
Pertualangan bermula di pagi itu, dari persiapan yang telah dimatengin, kami bakalan berangkat jam 6 dari Asrama ITS menuju terminal Bratang Senin tanggal 2 July. Namun karena sesuatu dan lain hal ane sama teman ane satu kontrakan belum bisa brangkat jam segitu. Yaps, ane ketiduran, hahaha, dan teman ane satu kontrakan si irfan juga gag mau maksa ane untuk bangun, padahal dianya udah bangun, jadilah kami molor sampai setengah 7. Ini bukan tanpa alasan untuk telat jam segitu soalnya udah di calling berapa kali oleh Putri Lumajang dan di sms begini. “Haris ayo cepet, GAG USAH MANDI, udah di tunggu anak2 di asrama”. kalo gag begitu mungkin lebih lama lagi hahaha, sorry all. Tapi yang kepikir, kok dia nyuruh ane gag mandi 
 ya? Nevermind lah. Yang jelas ane tetep kelihatan ganteng walau gag mandi. No protest.

Sekitar jam 7 sampai di asrama dan sarapan bubur ayam di jalan keputih sama irfan dan 3 teman tadi yang nunggu di Asrama, si Firman, Oka, dan Anis. Dengan sedikit basa basi kata-kata keterlambatan sarapan bubur ayam menjadi hangat untuk dilewatiJ.

Selanjutnya kami ditantang untuk mencari angkot dengan kode S di jalanan keputih, warnanya biru dongker dan kebanyakan kelihatannya udah gag terlalu bagus :D. 15 menit angkot S datang, kami berkendara menuju terminal bratang. Setelah itu naik bus kota menuju terminal bungur yang terletak di pinggir kota. Sedikit cerita unik di bus kota, kami dibuat ngakak oleh pengamen cilik cewek, kira – kira ni anak berumur 9-11 tahun (maaf no pic). Walaupun anak-anak tapi yang dinyanyiin parah amat, gag anak-anak sedikitpun. “Selingkuuuh, dibelakang kuuu,”begitu liriknya dengan suara yang jauh dari kata bagus. Sampai sekarang masih kebayang tuh anak, ekspresinya yang datar, melengkapi kengakakan ku. Tidak sampai 30 menit kami sampai di hiruk pikuknya kehidupan terminal.

Yuni dan Nisa yang berasal dari kota udang Sidoarjo sudah menunggu, otomatis 7 orang mahasiswa yang ingin melepas stres siap mengarungi perjalanan selama kurang lebih 4 jam menuju Lumajang menggunakankotak besar pake roda alias bus.

Di Lumajang telah menunggu Putri si tuan rumah dan tidak lama dyah dari Jember juga datang. Sembilan orang pas untuk sedikit mengeksplorasi keindahan desa dekat rumah Putri. Ya sore itu kami mengagendakan untuk jalan – jalan. Di Lumajang kami disuguhi beberapa ranu atau danau, danau yuang indah memang, karena selama di Surabaya gag pernah tuh lihat keindahan alam seperti itu. Nih pics si ranu Satu
Ranu Indah

Ranu

Yang ini ranu satunya lagi, dan yang ini udah dimanfaatin jadi tambak ikan sekaligus demi komoditi perikanan.



Sore pun tenggelam, setelah beli jajanan di minimarket setempat, kami beristirahat di rumah si tuan Putri. Ya kesempatan ini saya abadikan untuk melelapkan diri dan menjauh dari dunia nyata (aslinya nyambung tidur yang tertunda paginya), karena keberangkatan mengeksplor gunung Bromo akan dimulai jam 12 malam dengan berangkat menggunakan mobil Bison (atau bahaso awak e oto tangguang).

sedikit iklan, Tidur Terbaik abad ini :)
Waktu menyiapkan kami, ya batas janji jam 12 untuk berangkat telah sedikit terlewati. Mengingat dari Lumajang menuju Bromo menghabiskan waktu kira-kira 2 jam. Jika telat maka takutnya kami tidak bisa menikmati sunrise terbaik di dunia. Segala persiapan telah dibawa, para nyonya rupanya telah mempersiapkan santapan untuk dimakan di Bromo, selain snack dan minuman yang kami bawa, rupanya mbak-mbak ini juga menyiapkan nasi dan lauk. Good job deh.

Jalan dilewati dengan nyaman, di Bison mereka pada istirahat dan menemui ajal suri mereka. Dan saya tetap dengan alunan si Deryk whibley dan kawan2 yang berdengung dan berdentum sampai berkecamuk di rona dengar. Soalnya lagi kecantol banget sama lagu yang berjudul what Iam to say, skumfuk, crash, so long good bye, dan with me. Awesome sum41 so awesome. 

Kami pun sampai di pos parkir Bromo, disini kita akan menemukan bermacam-macam penjual kehangatan. Mulai dari benda penting bernama sarung tangan sampai ke syal nya. Ini sangat dibutuhkan, mengingat taraf kedinginan yang diberikan hawa gunung membuat kita pasti mencari kehangatan. Sarung tangan dan syal adalah pilihan tepat untuk melengkapi baju dan jaket yang berlapis.

Sempat terjadi negosiasi dalam konfrensi sederhana pemutusan spot untuk melihat sunrise yang menjadi pilihan. Seperti yang telah dikatakan diatas, puncak 4 km, gunung penanjakan dua 7 km, dan gunung penanjakan satu 35 km. jika dilihat dari posisi matahari terbit maka akan sangat bagus jika kami mengunjungi spot 35 km. tapi karena kami mahasiswa dan kami adalah manusia hemat (lebih halus dari pada manusia tidak punya uang) kami memutuskan untuk berjalan ke gunung penanjakan dua. Soalnya jika ke Gunung penanjakan satu bakalan menghabiskan duid untuk sewa mobil Jeep. Yap Gunung penanjakan dua kami mendaki.

Bulan bersahabat, pasir dan kerikil jalanan temaram terlihat. Perjalanan malam itu diterangi keagungan-Nya dan keanggunan cahaya. 1 km perjalanan ditempuh dengan aman, nyaman, tenteram, damai, dan segala hal yang tidak mengusik. Namun 1,1 km perjalanan, wajah para nyonya mulai memperlihatkan keasamannya, asam karena capek dan mungkin juga asam karena keringat :D:D:D:D. Nisa tertatih-tatih membawa badannya di belakang, manusia gendut ini capek, walau udah dihalau Oka dari blakang supaya cepet, tapi dia capek, dia letih, dan dia gendut :D:D:D:D:D *piss.

Istirahat pertama pun digelar karena nyonya-nyonya capek, dyah, anis, nisa, dan yuni capek. Tapi memang maklum sih, soalnya mereka seperti diberi gelombang kejut. Manusia-manusia ini selama dua semester dihadapi dengan tugas-tugas kuliah yang banyak sehinggaolahraga yang juga harus dilakukan sangat minim, mungkin perjalanan ini layaknya sebuah setruman listrik yang ku terima di rumah putri, pendek cepet dan sumpah membuat terkejut (maaf put, ane emang sangat takut masalah setrum2an, yang pernah hampir merenggut nyawa ane L). Ya dengan berjalan sejauh itu mereka terasa terkejut akan capeknya kaki melangkah. Mungkin hanya putri yang tidak merasakan capek, soalnya dengan riang gembiranya dia bersama mas Firman berlangkah bersamaan. Semangat mereka seolah-olah melangkah menuju bulan yang menjanjikan pelaminan :D:D:D:D:D:D *pisss.

Aslinya kami berjalan tanpa kepastian, saya yang mengajak mereka ke Gunung penanjakan dua ini sebenarnya juga buta jalan, dalam perjalanan lalu saya langsung kepuncak, dan menikmati siluet J. Saya tidak tau akan sampai dimana anak-anak ini nantinya. Sempat kasihan sih sama teman-teman cewek yang kecapekan, melihat dyah yang ngos-ngosan, anis yang sok calm padahal dia ngaku mau nangis karna kecapekan, Nisa yang sudah susah payah berjalan, dan Yuni yang melontarkan sebuah kata bikin tidak semangat, “Kalau gag ada aspal lagi dijalan ini, kita balik” tapi percayalah yun, jalan terjal kan kuhadapi, gunung tinggi kan ku daki, dalamnya lumpur lapindo kotamu akan ku selami, karna ku berjanji akan menyuguhkan mu sunrise terindah di dunia ini #edisi gombal gak jelas :D:D:D.

Sampai akhirnya kami bertemu ibuk-ibuk yang memakai motor mau keatas juga, sontak si firman langsung nyetop dan nanya, “Gunung penanjakan dua lewat sini buk?” si ibuk menjawab, iya dek turutin ae ibuk. Ya awan kelabu dipikiran ku menurunkan hujannya, ya pikiran segar kembali untuk terus mendaki ke atas. Saya semangat, Firman dan Putri tampak berseri2, Oka bersiap menghalau si Nisa (lagi), Irfan siap menggelar lelucon gag jelasnya, dan para nyonya akan menangung perjalanan berkilo-kilo lagi. hahhaha. Kasihan.
Perjalanan dilanjutkan, setiap waktu kami langkahi, jalanan yang seperti ulir sekrup ini membuat semuanya menjadi jauh. Dingin menyebar di pelosok tubuh. Tapi dengan iming-iming sunrise pengobat lara dua semester ini, kami semuanya semangat.

Semangat

Semangat

Semangat

Gelar nafas semangat,
hamburan sinar ada diatas sana, remang bulan segera berakhir, merah ufuk akan segera menyimpul, mengumpul, dan nafas semangat terbayar.

Ya, kami sampai, kami mencapai, dan kami bangga, Gunung Penanjakan dua kami berada di spot terbaiknya. Namun mereka lelah. Hahaha, nevermind. Kami sujud syukur sekalian shalat subuh. Tapi ada yang berdendang, memberikan musik klasik, bukan pasir bromo yang terkenal itu, tapi GIGI bertautan. Sampai sekarang saya tidak tau kronologis terjadinya gigi yang bermusik ini. ada yang bisa menjelaskan?

Kami fokus menyaksikan alam, disatu arah, dimana matahari akan terbit, kami ingin menyaksikan sunrise, dan sunrise muncul perlahan.
Nih picnya












shalat Shubuh

sebelum sunrise


sun rise
 
 




embuun 



Iklan L-man haha

Keindahan bromo selesai, kami selesai di sini. Tapi kami berlanjut disana.

Ya perjalanan selanjutnya adalah, Pantai Bentar di daerah Probolinggo juga. Tidak jauh beda dengan kenjeran Surabaya, dan tidak ada pasir, tidak ada ombak. Berbeda sekali dengan pantai Padang yang pasirnya banyak, dan ombaknya menggulung-gulung J. Namun hal ini dapat dimaklumi, karena Pantai Bentar ini adalah pantai yang berhadapan dengan Laut utara Jawa. Berbeda dengan pantai Padang yang langsung berhadapan dengan  Samudera Hindia.

Bangunan kayu yang rupanya seperti rumah-rumah disuguhkan disana, memang persis seperti Kenjeran Surabaya. Lautnya jernih, dan yang paling keren adalah pohon bakaunya. pantai utara jawa memang terkenal dengan bakaunya yang rame, satu lagi perbedaan dengan pantai padang yang menyediakan batu-batu besar pemecah ombak, yang memudahkan nelayan untuk melaut.  
Nih pics nya.


Indah bukan?
:)

2 komentar:

Brilliant Oka Suryanegara mengatakan...

keren gan.. nice post (y) walaupun gombalnya dimana mana yang menandakan kangen pacar di sby wkakwakwakak

Unknown mengatakan...

Sumpah keren begete dehh aa' Aiz yang satu ini XD
pasti bikin pengen yang nggak pernah kesana deh. haha :D
Tapi si Aa' Aiz isinya suka gombal banget disini. =="
Over All. Jempol 10 deh, 2 jmpol tangan, 4 jmpol kaki, sisanya pinjem... :D :D :D

Posting Komentar